29/06/13
Tes Motivasi Wawancara Guru
0Ketika Anda akan melamar menjadi seorang guru, berikut adalah pertanyaan tes motivasi yang sering ditanyakan.
1. Apa alasan dan motivasi Anda ingin menjadi guru di sekolah ini?
2. Setelah Anda menjadi guru di sini apa yang akan Anda lakukan untuk memajukan sekolah?
3. Apa saja tugas guru yang Anda ketahui?
4. Hak apa yang Anda inginkan setelah menjadi guru di sini?
5. Apakah Anda menginginkan menduduki jabatan tertentu jika nanti sudah bergabung di sini?
6. Jelaskan komitmen Anda pada sekolah ini!
7. Jelaskan pengertian loyalitas, kedisiplinan, dan ketaatan!
07/03/13
THE EFFECTIVENESS OF LEARNING MODEL THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS)
0
The purpose of this
study was to know whether learning model of Thinking Aloud Pair Problem Solving
(TAPPS) can achieve mastery learning, student’s problem-solving ability in learning
of TAPPS higher than student’s problem-solving ability in expository learning,
and whether percentage of completeness students in learning of TAPPS higher the
percentage of completeness students in expository learning. The population in
this study was students of grade VIII SMP N 2 Pekalongan academic year
2012/2013. By cluster random sampling technique, the selected sample were
students of VIII-D as experiment group that applied learning of TAPPS with
worksheet based on Polya and control group was VIII-B that applied expository learning.
From result of mastery learning, showed that learning in experiment group can
achieve mastery learning. From result of the average diffrence test, showed
that student’s problem-solving ability in experiment group higher than
student’s problem-solving ability in control group. From result of the
proportion-one part test, showed that percentage of completeness students in experiment
group higher than percentage of completeness students in control group. The
conclusions obtained were learning of TAPPS can achieve mastery learning and student’s
problem-solving ability in learning of TAPPS higher than student’s
problem-solving ability in expository learning, and percentage of completeness
students in learning of TAPPS higher than percentage of completeness students
in expository learning.
Keywords: Effectiveness; Problem-solving
Ability; Thinking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS).
12/03/12
Metode Penelitian
0bagi teman2 yang mau download materi mata kuliah Dasar-dasar Penelitian, silahkan download di sini.
10/03/12
PRINSIP PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
0Dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran.Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Relevansi: keterkaitan, ada kaitan;
Artinya ada kaitan, hubungan, atau bahkan ada jaminan bahwa bahan ajar yang dipilih itu menunjang tercapainya kompetensi yang dibelajarkan (KD, SK). Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD.
Contoh:
KD 1.1 SMP Kelas IX Mengidentifikasi bangun-bangun yang sama dan sebangun (kongruen), maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya “Syarat dua bangun yang sama dan sebangun (kongruen), foto dan model berskala, syarat dua bangun yang sebangun, dan panjang sisi pada dua bangun yang sama dan sebangun (kongruen).
2. Konsistensi: keajegan;
Artinya ada kesesuaian (jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan ajar; jika kompetensi dasar yang ingin dibelajarkan mencakup keempat keterampilan berbahasa, bahan yang dipilih/dikembangkan juga mencakup keempat hal itu.
Contoh:
KD 5.1 SMP Kelas IX, Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar, maka kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar, misalkan membedakan bilangan berpangkat dan bentuk akar, serta membedakan sifat-sifat keduanya.
3. Kecukupan: memadai keluasannya, ketercukupannya;
Artinya bahan ajar yang dipilih/ dikembangkan ada jaminan memadai/ mencukupi untuk mencapai kompetensi yang dibelajarkan; tidak terlalu sedikit sehingga kurang menjamin tercapainya KD/SK. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak,
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.
2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.
5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN GURU
Dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus mampu mengidentifikasi dan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Potensi peserta didik; meliputi potensi intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan potensi vokasional.
2. Relevansi dengan karakteristik daerah.
Jika peserta didik dan sekolah berlokasi bertempat di daerah pantai, maka pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar selaras dengan kondisi masyarakat pantai.
3. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik.
4. Kebermanfaatan bagi peserta didik.
Pengembangan materi pembelajaran diupayakan agar manfaatnya dapat dirasakan peserta didik dalam waktu yang relatif singkat setelah suatu materi pembelajaran tuntas dilaksanakan.
5. Struktur keilmuan.
Mengembangkan materi pembelajaran matematika harus didasarkan pada struktur keilmuan matematika.
6. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran.
Mengembangkan materi pembelajaran hendaknya selalu mempertimbangkan potensi peserta didik, tingkat perkembangan peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, alokasi waktu, dan perkembangan peradaban dunia.
7. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
8. Alokasi waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Abdul. 2005. Pengambangan Bahan Ajar, (http://blog.uin-malang.ac.id/azistatapangarsa/2011/06/05/pengembangan-bahan-ajar/, diakses 8 Maret 2012).
Icetea. 2010. Materi Pelajaran, (http://iceteazegeg.wordpress.com/2010/09/10/materi-pelajaran/, diakses 8 Maret 2012).
Zulkarnaini. 2009. Teknik Penyusunan Bahan Ajar, (http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/131/, diakses 8 Maret 2012).
Sugiarto. 2010. Bahan Ajar Workshop Pendidikan Matematika II. Semarang: UNNES
17/01/12
Kajian Teori tentang Manfaat Alat Peraga/ Media
0Menurut Waluya (2006), ditinjau dari fungsinya, media/alat peraga dapat: (a) memberikan motivasi belajar, (b) memberikan variasi dalam pembelajaran, (c) mempengaruhi daya abstraksi, (d) memperkenalkan, memperbaiki, dan meningkatkan pemahaman konsep dan prinsip.
Pemanfaatan media/alat peraga yang dilakukan secara secara benar akan memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk membangun sendiri pengetahaun yang sedang dipelajarinya. Apabila peserta dapat memahami secara tuntas materi pokok tertentu, maka kemampuan tersebut merupakan modal dasar untuk mempelajai materi pokok lain yang berhubungan dengan materi pokok tersebut. Hal ini akan memberikan semangat baru, motivasi baru dan rasa senang bagi peserta didik mempelajari matematika. Oleh karena semangat dan motovasi yang tumbuh dari diri peserta didik sendiri diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Menurut Brunner dalam Dahar (1988) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika sebaiknya peserta didik diberi kesempatan memanipulasi benda-benda konkret atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh peserta didik dalam memahami suatu konsep matematika. Arti bahwa alat peraga yang dirancang secara khusus pada tulisan ini adalah bahwa setiap objek geometri memiliki satu atau beberapa atribut. Setiap atribut yang dimiliki oleh objek geometri tersebut harus dihadirkan pada alat peraga sebagai model objek geometri tersebut. Apabila alat peraga yang disediakan guru belum memuat atribut yang sama dengan atribut yang dimiliki oleh objek geometri, maka alat peraga tersebut belum efektif bahkan masih bisa menimbulkan miskonsepsi. Ini berarti bahwa mengembangan media / alat peraga harus dilakukan secara cermat. Hasil pengembangan alat media/alat peraga oleh seseorang yang tidak memiliki pemahaman konsep/prinsip pada materi pokok tertentu akan diragukan keefektivannya.
Selain itu Brunner dalam Hawa (2008) menegaskan bahwa proses internalisasi dalam belajar akan terjadi dengan sungguh-sungguh (artinya proses belajar terjadi secara optimal), apabila pengatahuan yang sedang dipelajari oleh peserta didik tersebut dipelajari melalui 3(tiga ) tahap yaitu Enaktif, Ikonik dan Symbolik (EIS).
Menurut Gagnon dan Collay, dalam Tasfirani (2008), menyatakan bahwa Question merupakan bagian pokok dalam pembelajaran kontruktivis (PK). Dalam PK pertanyaan haruslah yang mampu mempengaruhi, mengilhami, atau menyatupadukan pemikiran peserta didik selama proses pembelajaran. Pertanyaan dapat ditempatkan pada semua elemen dari PK. Pertanyaan dapat digunakan untuk memperkenalkan situasi, menyusun, pengelompokan, menset, mendukung pembelajaran aktif, menunjukkan/ memperagakan dengan cepat dan tepat, dan mendorong refleksi.
15/01/12
Sistem Periodik Unsur
0A. PENGGOLONGAN UNSUR
Karena keragaman unsure dalam hal:
- Wujud dalam suhu kamar ( padat, cair , gas )
- Jenis unsure ( logam, non logam, metalloid ) dengan cirri-ciri
1. Logam : padat, berkilau, dapat ditempa, penghantar panas/ listrik.
Contoh: Fe, Al, Mg, Au, Cu, Zn, Cr.
2. Non logam: umumnya berwujud gas, rapuh, tidak dapat ditempa, kerapata rendah
Contoh : C, S, P, N, O, H, Cl, F, Br, I.
3. Metaloid : Sifat kimia dan fisika diantara logam dan non logam, biasanya dipakai sebagai SEMIKONDUKTOR.
Contoh : B, Si, Ar, Sb, Ge, Te.
B. PERKEMBANGAN SPU
SPU adalah pengelompokan unsure berdasarkan kemiripan sifat-sifat agar mudah dipelajari.
1. SISTIM TRIAD. (DOBEREINER)
Unsur dikelompokkan tiga-tiga unsure, yang mempunyai kemiripan sifat.
2. SISTIM OKTAF ( NEW LANDS )
Menemukan hubungan antara sifat unsure dengan massa atom New Lands mengurut kan unsure berdasarkan kenaikan massa atom (dalam 7 unsur), unsure kedelapan sifatnya berulang pada unsure yang pertama
3. SISTIM MENDELEYEV.
Sifat unsure merupakan fungsi periodic dari Arnya. Dari data ini a). Dapat diketahui perubahan sifat, hubungan valensi tinggi dengan golongan, meramal unsure baru . b). Keterbatas an terjadi keanehan :
40Ar --> 39K , 128Te --> 127I
4. SISTIM PERIODIK MODERN
Dengan perc. Sinar X diperoleh hubungan antara sifat unsure adalah fungsi periodic dari NOMOR ATOM , karena nomor atom yang menentukan sifat-sifat atom, maka keterbatasan / keanehan pada sistim Mendeleyev dapat teratasi ( seperti 40Ar --> 39K ).
C. PENGGOLONGAN MENURUT STRUKTUR ELEKTRON
Digolongkan menjadi 4 blok
Nama blok Sub kulit akhir Nama kelompok
1. S nS1-2 unsur utama
2. P nS2 np1-6 unsur utama
3. d (n-1)d1-10 nS2 unsur transisi
4. f (n -2)f1-14 (n-1)d1-10 nS2 unsur transisi dalam
D. KEMIRIPAN SIFAT UNSUR
1. DIKELOMPOKAN DALAM:
a.Horisontal /Perioda : 1) jumlah kulit sama
2). Jumlah electron, proton, netron makin banyak
3). Sifat logam makin berkurang.
b.Vertikal/ Golongan : 1). Jumlah electron terluar (elect valensi ) sama yang menyebabkan sifat
kimia / fisika sama/ mirip.
2). Jumlah electron/ kulit bertambah, jari-jari atom bertambah.
c.Diagonal/ kiri atas ke kanan bawah
Kemiripan sifat karena jari-jari atom/ ion dan elektronegativitasnya mirip.
2. TITIK DIDIH / TITIK LEBUR
a. gol. I, II logam alkali- alkali tanah. Dari atasi ke bawah jari-jari makin besar, ikatannya makin lemah,
titik didih/ lebur makin kecil.
b. gol. VII ( membentuk diatomic) dengan ikatan van der walls yang makin besar muatan intinya makin
besar daya ikatnya, maka titik didih/ lebur makin besar.
c. unsure logam transisi : gol. VIII B dari atas ke bawah ikatannya makin kuat.
3. BILOK / VALENSI
Bilok berhubungan dengan KONEL( konfigurasi electron) Bilok dikelompokkan dalam 4 .
a. Kel. Logam yang ionnya mempunyai konel gas mulia, hanya memp.1 macam bilok.
Contoh : 11Na = +1 , 20Ca = +2 dst.
b. Kel. unsure yang mempunyai ion positip tetapi orbitalnya belum lengkap/ penuh,
Mempunyai beberapa biloks.
Contoh: Cu = +1 dan +2 , Pb = +1 dan +2, Fe = +2 dan +3.
c. Kel. unsure non logam dapat mempunyai bilok + jika bersenyawa dengan unsure
yang lebih elektronegatif, dengan bilok maksimal = golongannya.
Contoh: HCl ; HClO ; HClO2 ; HClO3 ; HClO4.
Carilah bilok dari Cl dalam senyawa CaOCl2
d. Kel. unsure non logam dengan bilok ( - ) mempunyai konfigurasi electron gas mulia
terdekat.
Contoh: 8O-2 ; 9F-1 ; 10Ne0
16 S-2 ; 17Cl-1 ; 18Ar0
Unsur-unsur yg memiliki struktur electron valensi yang sama mempunyai sifat-sifak kimia yg sama
11Na 1s2 2s2 2p6 3s1
17 Cl 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
19 K 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1
35 Br 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p5
35Br 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p5
35Br 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p5
Jumlah sudut-sudut suatu segitiga adalah kurang dari atau sama dengan 180o. (dalam Geometri Netral)
0Bukti:
Kita akan gunakan pembuktian tidak langsung dan misalkan bahwa terdapat suatu dengan jumlah sudut-sudutnya adalah , dimana adalah sembarang bilangan positif. Dengan menggunakan Lemma (Untuk sembarang terdapat yang jumlah ukuran sudutnya sama dengan , tetapi ), kita dapat menghasilkan suatu yang juga sama dengan jumlah sudut . Sekarang kita dapat menerapkan Lemma ini juga untuk menghasilkan dengan jumlah sudut yang sama dengan dan sama dengan jumlah sudut dengan .
Jika kita ulangi proses ini, kita dapat mengkonstruksikan suatu barisan segitiga-segitiga: masing-masing dengan jumlah sudut , sedemikian sehingga untuk sebarang . Sekarang sifat Archimedes untuk bilangan real memungkinkan kita untuk memilih sembarang yang cukup besar sedemikian sehingga sekecil mungkin kita pilih, dan secara khusus sedemikian sehingga . Sekarang, karena , disimpulkan bahwa yang bertentangan dengan lemma (jumlah dua sudut dalam suatu segitiga kurang dari ).
Langganan:
Postingan (Atom)