Disney - Mickey Mouse >>> Nikmatul Maula's Blog: Desember 2011

28/12/11

Arah Kibat Kota Pekalongan

0

Untuk menentukan arah kiblat suatu tempat, perhatikan gambar berikut:
 
Misal titik A adalah Ka’bah, titik B adalah suatu tempat yang akan dicari arah kiblatnya, dan titik C adalah kutub utara.

Segitiga bola ABC menghubungkan titik A, titik B, dan titik C.
Titik A mempunyai koordinat bujur = Ba dan koordinat lintang = La.
Titik B mempunyai koordinat bujur = Bb dan koordinat lintang = Lb.
Titik B mempunyai koordinat lintang = 90o.
Besar sudut C merupakan selisih antara bujur Ba dan bujur Bb, jadi sudut C = Ba – Bb.
Sedangkan sudut B adalah arah menuju titik A (Ka’bah).
Busur a menghubungkan titik B dan C, besar busur a = 90o – Lb.
Busur b menghubungkan titik A dan C, besar busur a = 90o – La.
Busur c menghubungkan titik B dan A.
Untuk menentukan arah kiblat, kita harus mencari besar sudut B.
Rumus-rumus dalam geometri bola:
 
Dengan rumus di atas, maka didapatkan rumus:


Sekarang kita akan menentukan arah kiblat Kota Pekalongan yang mempunyai koordinat lintang = -6,9932o dan koordinat bujur = 110,4203o.
Diketahui Ka’bah mempunyai koordinat lintang = 21,4225o dan koordinat bujur = 39,826161o.
Berarti kita punya
Ba = 39,826161o
La = 21,4225o
Bb = 110,4203o
Lb = -6,9932o
Ba – Bb = -70,59414o
Dari rumus sebelumnya diperoleh:
Azimut arah kiblat ditunjukkan oleh sudut B.
Azimuth 0o menunjukkan arh utara.
Arah sudut azimuth searah dengan jarum jam jika positif.
Sudut B = 65,4977o (berlawanan jarum jam) atau sudut B = 294,5023o (searah jarum jam).

 











Jadi, arah kiblat Kota Pekalongan adalah arah ke barat lalu miring ke kanan sebesar 24,5023o.

Drama Korea "49 Days"

0

Yang lagi menggila drama korea 49 Days, kalo pingin download filmnya di sini.

Atau mau download soundtracknya?? download aja di sini.
Enjoy it :)

22/12/11

Reliabilitas

0

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif koefisien, maka alat pengukur tersebut reliabel.
Analisis reliabilitas mengkaji keajegan (stability) atau ketetapan hasil tes manakala tes tersebut diujikan kepada siswa yang sama lebih dari satu kali, atau dari dua perangkat tes yang setara kepada objek yang sama.Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah akurat, reprodusibel, dan generalized terhadap kesempatan testing dan instrumen tes lainnya.
Hal-hal yang mempengaruhi Reliabilitas:
1.      Jumlah Item
Semakin banyak item semakin baik.
2.      Variansi Skor
Semakin bervariasi skor semakin baik.
3.      Homogenitas Skor
Homogenitas rendah menunjukkan multidimensi/multidomain.
4.      Jumlah Subjek
Semakin banyak subjek semakin baik, respon semakin bervariasi.
5.      Jenis Tes (Speed vs Power)
Speed test tidak tepat dianalisis dengan internal konsistensi.
6.      Daya Kesukaran Item
Tes yang mudah tidak dapat membedakan performansi subjek.
7.      Stabilitas Konstrak
-        Konstrak yang stabil relatif mudah diukur.
-        Sikap lebih stabil dibanding opini.

Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menentukan reliabilitas skor  tes, yaitu:
1.         keajegan pengukuran ulang (teknik test retest) adalah kesesuaian antara hasil pengukuran pertama dan kedua dari sesuatu alat ukur terhadap kelompok yang sama,        
2.         keajegan pengukuran setara adalah kesesuaian hasil pengukuran dan 2 atau lebih alat ukur berdasarkan kompetensi kisi-kisi yang sama, dan
3.         keajegan belah dua adalah kesesuaian antara hasil pengukuran belahan pertama dan belahan kedua dari alat ukur yang sama.
Penggunaan rumus untuk mengetahui koefisien ketiga jenis reliabilitas di atas dijelaskan secara rinci berikut ini.
1.         Reliabilitas Instrumen Tes (soal bentuk pilihan ganda)
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas tes soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus Kuder Richadson 20 (KR-20) seperti berikut ini.

Keterangan:
r11     : koefisien reliabilitas
n        : Jumlah butir soal
p        : proporsi jawaban benar
1-p    : proporsi jawaban salah
S2     : Varians skor total
2.         Reliabilitas Tes Uraian
Rumus yang digunakan biasanya adalah rumus Alpha Crombath, sebagai berikut:

Keterangan :
r11     : reliabilitas yang dicari                      
Sb2    : jumlah varians skor tiap-tiap item
St2    : varians total
      : banyaknya butir soal
Rumus untuk mencari varians adalah:

Interpretasi nilai r11  mengacu pada pendapat Guilford (Ruseffendi,1991b: 191):
r11­≤  0,20                reliabilitas : sangat rendah
0,20 <r11 ≤0,40      reliabilitas : rendah
0,40 <r11 ≤0,70      reliabilitas : sedang
0,70 <r11 ≤0,90      reliabilitas : tinggi
0,90 <r11 ≤1,00      reliabilitas : sangat tinggi

3.         Reliabilitas Tes Soal Campuran
Reliabilitas skor gabungan merupakan fungsi dari reliabilitas, penyebaran skor, interkorelasi, dan bobot relatif komponen-komponennya. Formula untuk menghitug koefisien reliabilitas skor gabungan dirumuskan oleh  Mosier(Azwar S, 1986) sebagai berikut.

Keterangan:
rsg      = koefisien reliabilitas skor gabungan
wj      = bobot relatif komponen j
wk      = bobot relatif komponen k
sj        = deviasi standard komponen j
sk       = deviasi standard komponen k
rjj’      = koefisien reliabilitas komponen masing-masing
rjk       = koefisien korelasi antara dua komponen yang berbeda

Validitas

0

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.
Validitas instrumen adalah kemampuan instrumen untuk mengukur dan menggambarkan keadaan suatu aspek sesuai dengan maksudnya untuk apa instrumen tersebut dibuat, sebagaimana dinyatakan oleh Gay (1983:110) sebagai berikut: the most simplistic definition of validity is that it is the degree to which a test measured what it is supposed to measured. Kerlinger (200:685) juga memberikan rumusan sangat umum mengenai validity, yaitu dengan mengajukan suatu pertanyaan, apakah instrumen yang kita buat mampu mengukur apa yang kita maksudkan, sebagaimana dinyatakan.does the instrumen measure what it is supposed to measure.
Validitas yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut (Anas Sudijono, 2001).
Persoalan validitas instrumen berhubungan dengan pertanyaan, apakah suatu instrumen yang dibuat mampu menggambarkan ciri-ciri, sifat­-sifat, atau aspek apa saja yang akan diukur, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Validitas juga dapat dimaknai sebagai ketepatan dalam mem­berikan interpretasi terhadap hasil pengukurannya.
Terdapat dua makna yang terkandung di dalam konsep validitas, yaitu relevans dan accuracy. Relevansi menunjuk pada kemampuan instrumen untuk memerankan fungsi untuk apa instrumen tersebut dimaksudkan(what it is intended to measure). Accuracy menunjuk ketepatan instrumen untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang diukur secara tepat, yang berarti dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Dalam memaknai konsep validitas, kita tidak boleh menyatakan bahwa suatu instrumen yang sudah dinyatakan valid, juga akan valid untuk maksud atau tujuan yang lain, serta berlaku untuk kondisi yang berbeda. Pengembalian keputusan mengenai valid tidaknya suatu instrumen ter­gantung pada tiga hal, yaitu:
1.      Valid untuk apa,
2.      Valid untuk siapa, dan
3.      Valid dalam konteks yang bagaimana.
Suatu instrumen mungkin saja valid untuk tujuan tertentu, akan tetapi belum tentu valid untuk suatu tujuan lain. Suatu instrumen dapat saja valid untuk suatu kelompok responden tertentu, akan tetapi belum tentu valid untuk kelompok responden yang lain. Suatu instrumen mungkin saja valid untuk suatu kelompok responden dengan latar belakang budaya tertentu, akan tetapi belum tentu valid untuk kelompok responden yang lain dengan latar belakang budaya yang lain pula. Jadi suatu instrumen yang dirancang untuk suatu tujuan tertentu, keputusan mengenai validitasnya, hanya dapat di­evaluasi atau dipertimbangkan bagi tujuan tersebut.
Sebutir  item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dikatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, atau dengan bahasa statistik: ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Skor total disini berkedudukan sebagai variabel terikat (dependent variable), sedangkan skor item berkedudukan sebagai variabel bebasnya (independent variable).
Untuk sampai pada kesimpulan bahwa item-item yang ingin diketahui validitasnya, yaitu valid ataukah tidak, kita dapat menggunakan teknik korelasi sebagai teknik analisisnya. Sebutir item dapat dinyatakan valid, apabila skor item yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan skor totalnya.
Macam-macam Validitas
Pada umumnya para ahli pengukuran, khususnya pengukuran dalam bidang psikologi dan pendidikan, menggolongkan validitas menjadi beberapa tipe, yaitu:.
1.      Validitas konstruk (construct validity),
2.      Validitas isi (content validity), dan
3.      Validitas kriterion (kriterion-related validity).(Kerlinger, 2000:686; Babble, 2004:144-145).
Untuk validitas konstruk dan validitas isi, kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan, dilakukan dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan logis, konseptual, dan menggunakan dasar­-dasar penalaran tertentu, tanpa harus melakukan uji empiris atau uji lapangan. Sebaliknya, pada validitas kriterion, proses validasinya dilakukan melalui pengujian empiris atau uji lapangan, yaitu dengan jalan mengkorelasikan hasil pengukuran dari instrumen yang kits susun dengan suatu kriterium yang dipandang valid. Bila peneliti memilih tipe validitas korelasional, maka pengambilan keputusan untuk menyatakan apakah instrumen tersebut valid atau tidak, dilakukan dengan menghitung korelasi dengan menggunakan taraf siginifikansi 0,05. Ada dua tipe dari validitas korelasional ini, yaitu validitas konkuren (concurrent validity), dan validitas prediktif (predictive validity).

1.      Validitas konstruk (construct validity),
Validitas konstruk berhubungan dengan pertanyaan: seberapa jauh instrumen yang kita susun mampu menghasilkan butir-butir pertanyaan yang telah dilandasi oleh konsep teoritik tertentu. Validitas konstruk disusun dengan mendasarkan diri pada pertimbangan-­pertimbangan rasional dan konseptual yang didukung oleh teori yang sudah mapan. Proses menentukan validitas bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Untuk dapat menyusun validitas konstruk, pe­neliti harus menguasai secara mendalam teori-teori yang relevan, ditambah dengan pengalaman menyusun instrumen, konsultasi dengan ahli di bidangnya, dan diskusi dengan teman sejawat (peers). Oleh karena itu untuk memantapkan validitas konstruk ini, peneliti di­anjurkan untuk memperoleh masukan berupa penilaian, pertimbangan dan kritik-kritik dari pars ahli dalam bidang yang terkait. Prosedur seperti itu dikenal dengan apa yang disebut dengan expert judgment.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk memperoleh suatu konstruk yang diharapkan, biasanya melalui prosedur sebagai berikut:
1)      melakukan analisis logik, dan
2)      melakukan analisis hubungan dan atau perbedaan dengan konstruk lain.
Analisis logic dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Peneliti membuat definisi operasional mengenai konstruk atau konsep yang dimaksud dengan berlandaskan diri pada teori-teori yang relevan;
2)      Peneliti melakukan justifikasi mengenai suatu konstruk yang diperkirakan dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai suatu konstruk atau konsep yang dimaksud. Dalam hal ini pe­nyusun instrumen dapat menganut salah satu teori atau melakukan suatu sintesa, atau memodifikasi teori yang ada yang dianggap relevan.
3)      Operasionalisasikan konstruk yang secara konseptual telah mantap ke dalam indikator-indikator, bahkan sampai ke dalam sub indikator (prediktoi), sehingga perilaku atau gejalanya dapat diukur dan diamati.
4)      Lakukan check-recheck untuk meyakinkan bahwa apa yang telah dirumuskan tersebut benar-benar telah menggambarkan konstruk yang dimaksud.

Analisis hubungan dan atau analisis perbedaan dilakukan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1)        Kumpulkan konstruk atau konsep-konsep lain yang sama atau serupa dengan konsep yang kita maksudkan. Di samping mengumpulkan konsep-konsep yang sama, juga kumpulkan konsep-konsep lain yang berbeda. Mencari konsep-konsep yang sama atau berbeda tersebut dimaksudkan agar diperoleh keyakinan yang kuat dan mendalam bahwa konsep atau konstruk yang dimaksudkan secara teoritik dan logik benar.
2)        Suatu konstruk yang semula telah dianggap benar, akan tetapi apabila dikemudian hari diperoleh informasi baru, baik informasi baru tersebut berasal dari teori dan atau yang berasal dari sejawat atau ahli yang relevan, peneliti harus siap melakukan modifikasi secukupnya-,
3)        Kumpulkan bukti-bukti dari sumber lain yang dipandang dapat mendukung konstruk yang dimaksud, misalnya hasil pengukuran dengan instumen yang sejenis mengenai objek, gejala, atau perilaku yang serupa, merupakan sumber yang sangat berharga untuk dipertimbangkan.
2.      Validitas isi (content validity), dan
Validitas isi berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk menggambarkan atau melukiskan secara tepat mengenai domain perilaku yang akan diukur. Misalnya instrumen yang dibuat untuk mengukur kinerja karyawan, maka instrumen tersebut harus dapat melukiskan secara benar mengenai kinerja karyawan sebagaimana diuraikan dalam deskripsi tugas-tugas karyawan. Contoh lain lagi misalnya instrumen yang disiapkan untuk mengukur prestasi belajar siswa, maka instrumen tersebut harus dapat melukiskan dengan benar prestasi belajar siswa sesuai dengan standar prestasi sesuai dengan materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Kalau pada instrumen kinerja peneliti melakukan analisis kinerja sebagaimana yang ditetapkan dalam deskripsi tugas (job description), maka pada instrumen untuk mengukur prestasi belajar, peneliti harus melakukan analisis materi pelajaran, mulai dari pembagian bab per bab, sampai pada uraian setiap pokok bahasan.
Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam memaknai validitas isi, yaitu:
1)      Menyangkut validitas butir, dan
2)      Menyangkut validitas sampling.
Validitas butir berhubungan dengan pertanyaan: seberapa jauh butir-butir instrumen dapat mencerminkan keseluruhan isi dari aspek atau domain yang hendak diukur. Validitas sampling dihadapkan pada pertanyaan: seberapa jauh butir-butir instrumen tersebut merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan aspek atau bahan atau domain yang diukur.
Dengan memaknai komponen-komponen tersebut (butir dan sampling), penyusun instrumen sebelum menyajikan butir-butir pertanyaan, terlebih dahulu ia harus menyusun daftar yang memuat keseluruhan isi dari materi atau domain yang dimaksud. Keseluruhan domain tersebut dijabarkan ke dalam aspek-aspek yang yang lebih terperinci. kemudian dideskripsikan indikator-indikatornya, sampai ke sub-sub indikator, sehingga gejalanya dapat diukur dan diamati. Selan­jutnya untuk lebih meyakinkan diri tentang semua yang telah dilakukan tersebut, penyusun instrumen dapat meminta pertimbangan dari kolegia atau ahli yang kompeten melalui forum diskusi antar ahli. Per­timbangan-pertimbangan itu berupa saran, masukan, kritik, dan evaluasi, yang dimaksudkan memperbaiki dan menyempurnakan instrumen yang kita susun.
3.      Validitas kriterion (kriterion-related validity).
Validitas kriterion yang dimaksud di sini ialah validitas instrumen yang diperoleh dengan membandingkan instrumen yang kita susun/buat dengan suatu kriterium eksternal. Kriterion eksternal yang dimaksud di sini adalah berupa hasil pengukuran yang menurut pertimbangan rasional dapat dipertanggungjawabkan. Ada dua kriteria yang sering digunakan oleh para ahli, yaitu:
1)      Kriterion konkaren (concurrent criterion), dan
2)      Kriterion prediktif (predictive criterion).
Apabila peneliti menggunakan kriterion konkaren, peneliti harus mencari hasil-hasil pengukuran lain yang pernah dilakukan orang, mengenai domain yang sama dengan domain yang sedang kita siapkan instrumennya,yang dipandang atau diakui sudah valid.
4.      Validitas Internal
Untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total instrumen digunakan rumus statistika yang sesuai dengan jenis skor butir dari instrumen tersebut.
Jika skor butir kontinum, maka untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total instrumen digunakan koefisien korelasi product moment Pearson. Rumus yang digunakan:

Keterangan :   rxy  =   Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
                             N   =   Banyaknya peserta tes
                             X    =   Nilai hasil uji coba
                             Y    =   Nilai rata-rata harian (Ruseffendi, 1991)
Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi rxy  digunakan kriteria Nugraha (Ruseffendi, 1994:144) berikut ini:
0,80 <rxy ≤ 1,00            : sangat tinggi
0,60 <rxy  ≤ 0,80            : tinggi
0,40 <rxy  ≤ 0,60            : cukup
0,20 <rxy  ≤ 0,40            : rendah
rxy  ≤ 0,20                       : sangat rendah
Jika skor butir dikotomi (misalnya 0,1), maka untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total instrumen digunakan koefisien korelasi biserial yang menggunakan rumus:
Keterangan:
r bis  =  koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total
Xi        =   rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor i
Xt        =   rata-rata skor total semua responden
St          =   standar deviasi skor total semua responden
pi           =   proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i
qi           =   proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i
Nilai koefisien korelasi yang didapat untuk masing-masing butir, baik butir yang mempunyai skor kontinum maupun butir yang mempunyai skor dikotomi dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi yang ada di tabel r (rt) pada alpha tertentu misalnya α =0,05. Jika koefisien korelasi skor butir dengan skor total lebih besar dari koefisien korelasi dari tabel r, koefisien korelasi butir signifikan dan butir tersebut dianggap valid secara empiris.
5.      Validitas Eksternal
Ditinjau dari kriteria eksternal yang dipilih, validitas eksternal dapat dibedakan atas dua macam yaitu validitas prediktif dan validitas kongkuren. Disebut validitas prediktif apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau penampilan masa yang akan datang. Contohnya adalah jika kita hendak menguji validitas tes masuk suatu perguruan tinggi dengan menggunakan indeks prestasi semester satu sebagai kriteria eksternal, karena indeks prestasi semester satu merupakan penampilan masa yang akan datang pada saat pelaksanaan tes masuk. Sedangkan disebut validitas kongkuren apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau penampilan saat ini atau saat yang bersamaan debgan pelaksanaan pengukuran.Contohnya adalah jika kita hendak menguji validitas tes sumatif yang dimaksudkan untuk mengukur penguasaan materi pelajaran selama satu semester dengan menggunakan hasil ulangan-ulangan harian semester yang bersamaan sebagai kriteria eksternal, karena ulangan-ulangan harian tersebut merupakan penampilan pada saat yang bersamaan dengan penampilan yang akan diukur oleh tes sumatif yang hendak diuji validitasnya.

20/12/11

File Type in Pascal Programming

0

File is a group of data with the same type in certain amount. There are 2 kinds of file, file program and file data. File program is a group of data that form a program, whether file data is a group of data with the same type.
Type of file data in the form of integer, text, real, array, or record. Commonly, used in the form of record type, so it called record group and record of field group. There are 3 kinds of file organization:
1.   Sequential
2.   Random
3.   Indexed Sequential

Record in Pascal Programming

0

 Record is a data structure consisting of different ethnic or item data types. Each - each tribe or items in the record is called a field. Each field can form a simple data or structured data type integer, real, character, byte or Boolean.
Record is a type of  structured data that contains some data, that each data can be different types.

17/12/11

Penelitian

0



A. Pengertian Penelitian
     Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
     Cara ilmiah: didasarkan pada ciri-ciri keilmuan
            - rasional,
            - empiris.
            - sistematis,
    Data:
            - valid,
            - reliabel,
            - obyektif
    Tujuan:
            - penemuan,
            - pembuktian,
            - pengembangan.
    Guna:
            - memahami,
            - memecahkan,
            - mengantisipasi masalah dalam k m.

B. Variabel Penelitian:
     Gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati
     - Variabel Independen (bebas)
            yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variable
dependen.
     - Variabel dependen (terikat)
            yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya
variabel bebas.

C. Proses Penelitian (kuantitatif)  
            - Ada Masalah (empiris atau teoritis),
            - Rumusan masalah
            - Pengajuan hipotesis ( teori dan penemuan relevan)
            - Pengumpulan Data ( instrumen)
            - Analisis Data (uji hipotesis)
            - Kesimpulan ( mengacu pada masalah)
            - Saran yang relevan.    

D. Peranan Statistik Dalam Penelitian
     Sebagai alat untuk:
            - menghitung ukuran sampel,
            - menguji validitas dan reliabilitas instrumen,
            - untuk menyajikan data,
            - untuk menganalisis data.

E. Macam-macam Statistik
     Statistik :
            - Deskriptif
            - Inferensial:
                        - parametrik
                        - non parametric

F. Macam-macam data penelitian
    Data:        
            - kualitatif
            - kuantitatif:
                        - diskrit
                        - kontinu:
                                    - ordinal,
                                    - interval,
                                    - rasio.

G. Pedoman memilih Teknik Statistik
     Bergantung pada:
            - macam data
            - bentuk hipotesis
     Bentuk hipotesis ada tiga macam:
            - h. diskriptif,
            - h. komparatif,
            - h. asosiatif.
     Hipotesis komparatif :
            - Dua sampel:   - berelasi
                                          - independen
            - Lebih dari dua sampel:   - berelasi
                                                               - independen